Bisakah platform e-dagang China meneruskan kesuksesan masa lalu mereka di pasar Eropa? Kelompok konsumen mana yang harus menjadi fokus pasar Eropa dan apa saja karakteristik kelompok ini? Apa tren konsumsi baru di Eropa?
Secara global, regulasi platform sosial dan e-dagang berbasis Tiongkok telah meningkat selama beberapa bulan terakhir.
Amerika Serikat tidak hanya memiliki rancangan undang-undang yang menargetkan TikTok (terdaftar di Singapura), Uni Eropa juga telah secara resmi meluncurkan penyelidikan terhadap campur tangan TikTok dalam pemilihan negara-negara anggota. Pada saat yang sama, Vietnam dan Indonesia juga mengeluarkan larangan platform terhadap TEMU dan Shein. Jelaslah bahwa menghadapi kebangkitan pesat platform sosial dan e-dagang berbasis Tiongkok, regulator di seluruh dunia telah menunjukkan kewaspadaan dan kesiapan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Akan tetapi, hal itu tidak mampu menghentikan ambisi global platform Internet berbasis Tiongkok ini, terutama tekad mereka untuk berekspansi ke pasar Eropa. Dilihat dari situasi tahun 2024, TEMU dan TikTok Shop sama-sama telah membuat terobosan di pasar Eropa: di satu sisi, TEMU telah membuat langkah besar di pasar Jerman, Prancis, Spanyol, dan Italia, dan TikTok Shop telah membuka pasar Irlandia dan Pasar Spanyol pada tanggal 9 Desember, dan diharapkan untuk lebih memperluas bisnisnya di negara-negara inti seperti Jerman, Prancis, dan Italia tahun depan.
Faktanya, baik TEMU atau TikTok Shop, seiring meningkatnya tekanan di pasar Amerika Utara, bertaruh pada Eropa sudah menjadi pilihan yang tak terelakkan: menurut analisis Morgan Stanley, pasar Eropa akan menjadi sumber omset (GMV) terbesar TEMU di 2024, dengan memperhitungkan Rasio tersebut mungkin setinggi-tingginya 37%. TikTok Shop juga terus mencari titik terobosan antara berbagai pasar Eropa, melemahkan identitasnya sebagai platform negara ketiga melalui strategi operasi yang lebih terlokalisasi.
Dari perspektif e-dagang, pasar Eropa selalu sulit ditembus. Menurut penelitian Xinfu, di mata banyak penjual besar di Tiongkok, pasar Eropa terkadang lebih seperti “iga ayam” dibandingkan dengan pasar AS.
Di satu sisi, konsumen Eropa selalu berhati-hati dalam berbelanja daring. Mereka lebih suka membeli produk yang dapat mereka “lihat dan sentuh” melalui saluran offline daripada bergantung sepenuhnya pada informasi di platform. Di sisi lain, konsumen Eropa umumnya dianggap sebagai kelompok dengan loyalitas merek yang sangat tinggi. Mereka tidak hanya bersedia membayar lebih untuk merek terkenal, tetapi mereka juga umumnya enggan berpindah merek.
Pasar Eropa telah dilanda inflasi selama lima tahun terakhir. Dalam penelitian penulis dalam beberapa tahun terakhir, harga-harga telah naik secara signifikan, baik di Berlin, Paris, Amsterdam, atau Budapest. Misalnya, sepotong roti kecil yang dulunya hanya berharga 0,2 Euro kini naik menjadi 0,8 Euro; dan sebotol air mineral yang awalnya berharga 0,3-0,8 Euro kini mendekati 1,5-2 Euro.
Pada tahun 2020, merebaknya epidemi mendorong pesatnya perkembangan e-commerce di pasar Eropa. Di Inggris, penjualan online sebagai bagian dari total penjualan ritel meningkat dari 18% pada tahun 2019 menjadi 28% pada tahun 2023; di Jerman, proporsinya meningkat dari 8,9% menjadi 21,7%; dan di Prancis, meningkat dari 7,8% menjadi 20,2%. . Saat itu, banyak perkiraan percaya bahwa dengan berakhirnya epidemi pada tahun 2022 dan dimulainya kembali belanja offline, akan ada koreksi tertentu dalam permintaan belanja online. Namun, kenyataannya adalah bahwa ketika tekanan inflasi di Eropa meningkat, e-commerce dengan efektivitas biaya yang lebih baik tidak hanya tidak menurun, tetapi juga telah memberikan hasil yang memuaskan.
Sejak TEMU memasuki pasar negara-negara utama Eropa pada tahun 2023, kinerjanya di banyak negara sangat luar biasa. Menurut laporan media Eropa, di Jerman, satu dari tiga orang berbelanja di TEMU; di Prancis, 12 juta orang berbelanja di platform tersebut setiap bulan pada kuartal keempat tahun 2024; di Inggris, lebih dari 60% konsumen telah Konsumen yang berbelanja di TEMU, 62% merupakan pelanggan tetap. Di Denmark, TEMU bahkan melampaui Amazon dan menjadi platform ritel daring paling populer. Di Italia, TEMU juga merupakan salah satu aplikasi yang paling banyak diunduh.
Pasar dengan kinerja terbaik TEMU di Eropa adalah Jerman. Sebagai negara dengan daya beli terkuat di Eropa, konsumen Jerman selalu dikenal dengan ketelitian dan tuntutan tinggi terhadap kualitas. Mengapa mereka begitu terobsesi dengan TEMU?
Dua alasan penting: Pertama, promosi dan penetrasi TEMU pada tahap awal sangat kuat.
Survei menemukan bahwa bagi lebih dari separuh konsumen di banyak negara Eropa, faktor paling penting saat memutuskan apakah akan membeli suatu produk bukan lagi merek produk, kualitas, metode produksi atau negara produksi, tetapi harga. Misalnya, di Jerman, lebih dari 51% konsumen percaya bahwa harga adalah faktor inti dalam mengubah merek, dan hanya 13% konsumen yang mengubah kebiasaan pembelian mereka karena kualitas produk. Di Prancis, 50% kelas menengah ke bawah dan 30% kelas menengah ke atas percaya bahwa harga adalah faktor terpenting dalam menolak membeli suatu produk.